Kota Depok,satu minggu setelah bencana berakhir.

Di sebuah Markas Besar Militer sementara,seorang anak laki-laki berjalan melewati lorong menuju ke sebuah ruangan.

"Saya sudah disini"

Anak laki-laki tersebut memasuki ruangan.

"Oh kamu sudah datang"

Mark yang melihatnya memasuki ruangan memintanya mendekat.

"Aku belum menanyakan namamu,nak. Siapa namamu?" Tanya Mark

"Rei Masayuki" jawabnya singkat

"Masayuki..." Mark bergumam

(Aku memang melihat kartu identitas ayah dan ibunya tertulis nama Masayuki,jadi artinya anak ini memang keturunan keluarga Masayuki yang merupakan bangsawan Jepang ya..)

"Apa ada masalah,tuan Mark?" Rei bertanya

"A-ah tidak ada apa-apa" Mark tersenyum tegang

"Lupakan saja,ayo ikuti aku" Mark berjalan ke tengah ruangan dan Rei mengikutinya.

Mereka sampai di tengah ruangan yang merupakan tempat latihan.

"Tuan Mark apa anda yang akan melatih saya?" Tanya Rei

"Jujur saja aku ingin melatihmu,tapi sayangnya bukan aku yang akan melatihmu" jawabnya

"Kenapa?" Tanya Rei

"Yah aku bukan pengguna pedang,kau tahu?Jadi aku telah meminta kenalanku untuk mengajarimu" Jawab Mark dia tersenyum melihat Rei yang tenang tidak seperti saat di pemakaman.

"Kenalan?apakah dia seorang pengguna pedang yang handal?"

"Tentu saja,dia bahkan seorang master pedang,dia akan membuatmu menangis saat berlatih,hahaha!" Mark tertawa,entah kenapa dia merasa bahagia.

"Yah saya tidak akan menangis semudah itu,saya tidak selemah yang anda pikirkan" bantah Ren

"Begitu kah?yah baiklah mari kita lihat saja,kebetulan sekali orang yang aku maksud telah tiba" kata Mark

Seorang pria berbadan tegap dan kekar memasuki ruangan.

"Yo Mark,lama tidak bertemu" Pria tersebut melambaikan tangannya menyapa Mark

"Yo,lama tidak bertemu" Mark membalas lambaian tangannya

Pria tersebut mendekat ke tengah ruangan.

"Jadi siapa yang akan aku latih,Mark?" Pria tersebut bertanya

"Anak ini yang akan kamu latih" Mark memegang bahu Rei dan menyuruhnya memperkenalkan diri

"Nama saya Masayuki Rei,mohon bimbingannya,Master!" Kata Rei memperkenalkan dirinya lalu membungkukkan badannya.

"Hohoho, kamu cukup sopan ya,tadi kamu bilang namamu Masayuki Rei kan?" Pria tersebut bertanya

"Benar,Master" jawabnya

"Masayuki ya... Mark apa kamu belum memberitahunya?" Pria tersebut menatap Mark

"Belum saatnya dia tau,dia harus fokus berlatih dulu" jawab Mark

Rei yang mendengar itu merasa bingung,dia tidak mengerti kenapa nama Masayuki begitu di pertanyakan.

"Yah baiklah kalau itu keputusanmu,nah Rei apa kamu sudah siap untuk berlatih?" Tanyanya

"Ya tentu saja!! Ah ngomong-ngomong Master,anda belum memperkenalkan diri anda"

"Oh,benar juga maaf aku lupa hahaha" Dia menggaruk-garuk kepalanya

"Namaku Sakamoto Ryoma , aku adalah seorang samurai dari Jepang"

"Sakamoto Ryoma? bukankah itu salah satu tokoh sejarah yang terkenal?" Tanya Rei

"Benar,aku berasal dari keturunannya dan sepertinya kedua orang tuaku mengagumi dirinya sehingga menamaiku sama dengannya" jawab Ryoma

"Begitu ya,itu pasti membanggakan memiliki nama yang sama dengan tokoh terkenal" kata Rei,dia nampaknya tertarik

"Hahaha,kamu ada benarnya tapi di satu sisi aku juga harus berusaha sebaik mungkin agar tidak menghancurkan nama baik pemilik asli nama ini" balas Ryoma

"Hm..ada benarnya,kalau begitu aku juga akan berusaha sebaik mungkin" kata Rei,dia sangat bersemangat sekarang

"Hahaha kamu anak yang menarik, kalau begitu sekarang kita mulai latihanmu dengan lari keliling ruangan ini sebanyak 100x tanpa istirahat lalu dilanjutkan push up,sit up dan back up dengan jumlah yang sama" kata Ryoma sambil tersenyum

"He..bukankah itu berlebihan di hari pertama?" Tanya Rei

"Tidak,fisikmu masih belum cukup untuk berlatih ilmu pedang makanya harus ditingkatkan saat ini juga,kamu tidak mau menyerah akan tujuanmu kan?" Balas Ryoma

Rei sekali lagi mengingat sumpahnya di depan makam kedua orang tuanya,sumpah untuk membantai monster yang ada dan membuat manusia menang di era ini.

"Aku mengerti,aku akan mulai latihannya sekarang"

Rei pun lalu meninggalkan pembicaraan dan mulai berlatih sesuai yang diperintahkan