Titik Temu di Bawah Hujan: Kisah Cinta yang Terlupakan
Di tengah rinai hujan yang lembut, Awan menatap jalanan basah yang pernah menjadi saksi perjalanan cintanya. Dulu, hujan adalah teman setianya saat berdua dengan Lila, wanita yang telah mengisi hatinya selama bertahun-tahun. Namun, seperti hujan yang datang dan pergi, hubungan mereka pun memudar seiring waktu. Bukan karena tak ada cinta, tapi karena terlalu banyak kenangan yang menyakitkan.
Lila, dengan senyum hangatnya, selalu membuat hari-hari Awan terasa lengkap. Setiap tetes hujan adalah pengingat akan pelukan hangatnya, tawa yang menular, dan obrolan sederhana yang tak pernah membosankan. Mereka dulu sering berteduh di bawah payung kecil, berjalan tanpa tujuan, hanya menikmati kebersamaan. Namun, seiring berjalannya waktu, jarak yang tak terlihat mulai tumbuh di antara mereka, hingga akhirnya cinta yang mereka bangun perlahan runtuh.
Suatu hari, di bawah hujan yang sama, mereka berpisah. Tidak ada kata kasar atau perdebatan, hanya keheningan yang menyelimuti saat mereka saling mengucapkan selamat tinggal. Hujan hari itu seperti menangis bersama mereka, membawa pergi harapan dan mimpi yang dulu mereka jalin bersama.
Tahun-tahun berlalu, namun kenangan tentang Lila tak pernah hilang dari hati Awan. Setiap hujan turun, dia teringat akan senyum yang hilang, cinta yang tak pernah benar-benar padam. Hingga suatu sore, di bawah langit kelabu dan hujan yang mulai turun, Awan melihat sosok yang tak asing berdiri di sudut jalan. Itu adalah Lila, dengan senyum yang sama, berdiri di sana seperti menunggu.
Hujan kembali mempertemukan mereka, seolah memberi kesempatan kedua untuk cinta yang pernah terlupakan. Tanpa banyak kata, mereka kembali berjalan di bawah payung kecil yang dulu mengiringi setiap langkah mereka, seolah waktu tak pernah memisahkan mereka. Di bawah hujan itu, cinta yang terlupakan akhirnya menemukan titik temunya kembali.
Lila, dengan senyum hangatnya, selalu membuat hari-hari Awan terasa lengkap. Setiap tetes hujan adalah pengingat akan pelukan hangatnya, tawa yang menular, dan obrolan sederhana yang tak pernah membosankan. Mereka dulu sering berteduh di bawah payung kecil, berjalan tanpa tujuan, hanya menikmati kebersamaan. Namun, seiring berjalannya waktu, jarak yang tak terlihat mulai tumbuh di antara mereka, hingga akhirnya cinta yang mereka bangun perlahan runtuh.
Suatu hari, di bawah hujan yang sama, mereka berpisah. Tidak ada kata kasar atau perdebatan, hanya keheningan yang menyelimuti saat mereka saling mengucapkan selamat tinggal. Hujan hari itu seperti menangis bersama mereka, membawa pergi harapan dan mimpi yang dulu mereka jalin bersama.
Tahun-tahun berlalu, namun kenangan tentang Lila tak pernah hilang dari hati Awan. Setiap hujan turun, dia teringat akan senyum yang hilang, cinta yang tak pernah benar-benar padam. Hingga suatu sore, di bawah langit kelabu dan hujan yang mulai turun, Awan melihat sosok yang tak asing berdiri di sudut jalan. Itu adalah Lila, dengan senyum yang sama, berdiri di sana seperti menunggu.
Hujan kembali mempertemukan mereka, seolah memberi kesempatan kedua untuk cinta yang pernah terlupakan. Tanpa banyak kata, mereka kembali berjalan di bawah payung kecil yang dulu mengiringi setiap langkah mereka, seolah waktu tak pernah memisahkan mereka. Di bawah hujan itu, cinta yang terlupakan akhirnya menemukan titik temunya kembali.
